Sejarah Dinasti Carolus

Menurut kajian-kajian sejarah tradisional, keberhasilan wangsa Caroling menguasai jabatan raja Franka adalah hasil dari serangkaian usaha dan perjuangan yang panjang, termasuk pula upaya perebutan takhta yang dilakukan oleh Kildebert Si Anak Angkat. Akan tetapi gagasan ini sekarang tidak lagi diterima secara luas. Peristiwa penobatan Pipin pada 751 kini dianggap sebagai hasil jerih payah dari satu tokoh Caroling saja, yakni Pipin, putera Karel Martel, senapati Kerajaan Orang Franka yang mendirikan wangsa Caroling, dan hasil jerih payah dari Gereja Katolik Roma yang senantiasa berusaha mencari kekuatan-kekuatan sekuler untuk dijadikan pelindung, dan yang senantiasa pula berusaha memperbesar lingkup kewenangan rohani dan duniawinya.

Kepala monarki yang tersohor dari wangsa Caroling adalah Karel Agung, putera Pipin. Karel Agung dinobatkan menjadi Maharaja Orang Romawi oleh Paus Leo III di Roma pada tahun 800 Masehi.[2] Kekaisarannya, yang diniatkan sebagai kelanjutan dari Empayar Romawi Barat, disebut dalam kajian-kajian sejarah sebagai Empayar Caroling.

Para penguasa Caroling tidak meninggalkan adat istiadat Franka (dan Meroving) terkait hal-ikhwal pembagian warisan, meskipun menerima pula gagasan tentang keutuhan wilayah empayar. Para penguasa Caroling memiliki kebiasaan mengangkat putera-putera mereka menjadi raja-raja kecil di daerah-daerah atau kerajaan-kerajaan bagian (Templat:Lang-lat jamak: regna) dalam wilayah empayar. Daerah-daerah ini akan menjadi warisan bagi masing-masing rajanya sepeninggal ayah mereka. Kebiasaan ini dilakukan oleh Karel Agung dan Ludwig Si Saleh. Setelah Maharaja Ludwig Si Saleh mangkat pada 840, putera-puteranya yang masih hidup, yakni Lothar I dan Ludwig Si Jerman yang sudah dewasa, serta Karel Si Gundul yang masih remaja, saling memerangi selama tiga tahun. Perang saudara ini diakhiri dengan Perjanjian Verdun pada 843, yang membagi wilayah Empayar Caroling menjadi tiga regna, meskipun tetap mengakui Lothair sebagai pemangku gelar Maharaja dan penguasa tertinggi. Lothair, yang kala itu berumur 48 tahun, adalah putera tertua di antara ketiganya.[3] Berbeda dari wangsa Meroving, wangsa Caroling tidak meninggalkan warisan kepada anak-anak mereka yang lahir di luar ikatan pernikahan, mungkin untuk menghindari timbulnya perselisihan di antara para ahli waris dan untuk membatasi pembagi-bagian wilayah empayar. Meskipun demikian, pada penghujung abad ke-9, ketiadaan keturunan sah wangsa Caroling yang cukup dewasa dan cakap memerintah mendorong kaum bangsawan menobatkan Arnulf dari Kärnten menjadi raja atas Negeri Franka Timur. Arnulf adalah anak luar nikah dari Karloman, Raja Bayern,[4] sementara Karloman adalah anak sah dari Ludwig Si Jerman, Raja Negeri Franka Timur yang pertama.

Kemerosotan

Sepeninggal Karel Agung, wangsa Caroling perlahan-lahan mengalami keretakan. Wilayah Empayar Caroling akhirnya terpecah menjadi tiga wilayah, masing-masing diperintah oleh seorang cucu Karel Agung. Dari ketiga wilayah ini, hanya kerajaan di wilayah timur dan wilayah barat yang mampu bertahan. Kedua kerajaan ini sekarang menjadi negara Jerman dan Perancis.[5] Wangsa Caroling tersingkir dari tampuk kekuasaan di sejumlah besar regna dalam wilayah Empayar Caroling pada 888. Wangsa ini masih berkuasa di Negeri Franka Timur sampai 911, dan masih beberapa kali menduduki takhta Kerajaan Negeri Franka Barat sampai pada 987. Cabang-cabang kadet dari wangsa Caroling masih tetap berkuasa di daerah Vermandois dan Lorraine Hilir setelah raja terakhir wangsa Caroling di Negeri Franka Barat mangkat pada 987, namun mereka tidak pernah berusaha menduduki jabatan-jabatan penguasa yang terkemuka, malah berdamai dengan wangsa-wangsa penguasa yang baru. Salah seorang penulis tawarikh dari Sens mencatat bahawa kekuasaan wangsa Caroling berakhir ketika Robert II dari Perancis dinobatkan menjadi raja pendamping ayahnya, Hugo Kapet, dan dengan demikian mengawali masa kekuasaan wangsa Kapet.[6] Garis nasab laki-laki wangsa ini punah sepeninggal Odo, Bupati Vermandois. Saudari Odo yang bernama Adelaide, keturunan Caroling terakhir, wafat pada 1122.

Rujukan

WikiPedia: Dinasti Carolus http://www.intratext.com/X/LAT0459.HTM http://www.fordham.edu/halsall/basis/einhard.html http://www.penfield.edu/webpages/jgiotto/onlinetex... http://prpm.dbp.gov.my/ http://prpm.dbp.gov.my/Cari1?keyword=contoh&d=3762... https://www.britannica.com/biography/Arnulf-Holy-R... https://www.britannica.com/biography/Charlemagne/E... https://www.britannica.com/event/Treaty-of-Verdun#... https://kbbi.kemdikbud.go.id/ https://web.archive.org/web/20100226063634/http://...